Semilir angin dengan lembutnya mengibaskan kerudung putihnya, namun tetap saja sinar matahari senja itu tak memberinya waktu untuk menjauh dari paparannya, sinar hangatnya mengalahkan sejuknya angin yang bertiup.
Lebih dari lima menit,Novi menunggu mobil online yang telah dipesannya. Pesan singkat dari pengendara menyuruhnya untuk sabar menunggunya, rupanya kemacetan yang dialaminya membuatnya harus putar arah, berbelok lagi menuju jalan yang sudah dilaluinya.
Mobil putih berplat Z dengan sedikit tergesa-gesa akhirnya menghampiri Novi yang masih berdiri di gerbang sekolahnya.
Wajah kekhawatiran sang pemilik mobil online itu membuat Novi iba,padahal tak secuilpun rasa kecewa akan keterlambatan itu.
"Maaf Bu,jalannya macet sekali,ada kerumunan massa di jalan,karena ada penggusuran pedagang kaki lima di jalur utama."
"Tidak usah dipikirkan Mas,saya tidak buru-buru kok."
Dengan senyum ramah,sang sopir mengangguk dan mulai memindahkan gigi untuk segera melajukan kendaraan beroda empat itu.
Novi menghirup bau wangi dari dalam mobil yang dipesannya itu, joknya pun terlihat bersih dan terasa empuk, sepertinya mobil yang dia tumpangi masih baru dibeli oleh pemiliknya.
Baru beberapa menit mobil itu meninggalkan gerbang, bunyi ponsel Novi bergetar dan mengeluarkan bunyi panggilan.
Dia menduga paling anak bungsunya yang menelpon, yang selalu ingin mengetahui keberadaan ibunya.
Novi segera merogoh tasnya dan tanpa melihat foto kontaknya, dia menjawab dengan salam.
"Waalaikumusalam, Ibu."
"Ini Adam, ingin ketemu Ibu."
"Adam sudah berada di gerbang sekolah."
Novi tak menyangka akan kedatangan Adam di sekolahnya, karena tak ada kabar dari sebelumnya.
"Adam, ini ibu sudah di jalan Nak,mau pulang."
"Ibu memang tadi lihat ada siswa naik motor ke arah sekolah, Ibu kira bukan Adam."
"Iya, Adam kangen Ibu"
"Tapi Ibu tidak usah balik lagi ke sekolah, biar Adam besok pulang sekolah menemui Ibu kembali."
"Iya Dam,maafkan Ibu, Insya Alloh besok kita bertemu ya!"
Novi meminta maaf, karena Dia tahu memang tak mudah bagi Adam untuk menemuinya, karena waktu untuk bertemu kadang-kadang tak sejalan dengan kesibukan masing-masing.
Adam,memang salah satu muridnya yang pada awalnya tak begitu memperhatikan Novi,kadang dia asyik memainkan ponselnya ketika Novi mulai melangkahkan kakinya di pintu kelasnya.
Untuk mendekati Adam awalnya memanglah tak mudah ,untuk membuat menjawab sapaan Novi saja,Adam begitu berat.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu menekuk jika dihampiri.
Suasana hatinya mencair ketika ibunya Adam meminta bantuan Novi untuk mengajari adiknya mengerjakan PR bahasa Inggrisnya.Pertemuan antar Novi sebagai walikelas Adam dan ibunya membawa perubahan buat Adam untuk mendekati ibu keduanya itu.
Sejak itu,keduanya bagaikan sahabat yang saling membantu.
Baginya Adam adalah murid sekaligus sahabatnya.Dia selalu siap
membantu jika walikelasnya itu kesulitan dalam menata taman sekolahnya,atau sekedar membersihkan ruangan kelas yang masih terlihat kurang nyaman.
Lamunan Novi tentang murid kesayangannya dua tahun yang lalu itu ,terpecahkan dengan suara sopir onlinenya yang mengatakan bahwa titik tujuannya sudah sampai.
Sambil mengucapkan terimakasih, Novipun melangkahkan kakinya untuk membuka gerbang rumahnya dan berharap esok sore dia bisa menemukan senyum lebarnya dari murid kesayangannya itu.
Hari itu Novi merasakan keharuan pada batinnya, karena dari sekian ribu dari anak didiknya ternyata masih ada beberapa dari mereka yang masih mengingat dan merindukannya.
Dimuat oleh : Herlina Agustina