Awan hitam yang tiba-tiba menaungi atap langit tak menahan langkah kakinya untuk meneruskan pijakannya, terasa air mulai menetes perlahan membasahi kerudung putihnya.
Mega mempercepat langkahnya, sepertinya dia telah menduga hujan deras akan segera hadir di hadapannya.
Dengan bergegas dia buka sepatunya dan dia masukkan ke dalam tas birunya. Dia tak ingin sepatunya bernasib sama dengannya, basah dan kotor jika tiba di sekolahnya.
"Kalo saja ada sedikit uang sisa kemarin mungkin aku sudah sampai di sekolah"
Gumamannya tak tersambut oleh keadaan.Tak ada uang di saku bajunya, yang ada hanyalah bekal nasi yang ibunya selipkan di balik buku tulisnya.
Kalaupun dia membalikkan badannya untuk kembali ke rumah, yang terasa mungkin hanya rasa resah dan sesal sepanjang jam yang akan dia lewati.
"Aku harus sekolah hari ini"
Tekad kuat untuk melangkahkan kakinya ke sekolah telah menghancurkan keputus asaannya.
Tetesan air hujan semakin deras, megapun mempercepat langkah dengan kaki polosnya, beberapa kali kerikil terinjak olehnya, dia hanya bisa menahan agar tak melukainya.
Lambaian tangan dari teman yang melewatinya membuatnya merasa bebannya berkurang karena temannya pun sama terlihat basah tersiram air hujan.
"Mega, aku duluan ya?"
Tiba-tiba Sinta teman sebangkunya menyapanya dari atas motor.
"Iya Sin, hati-hati"
Jalanan yang dilaluinya penuh dengan air hujan dan mulai berkumpul dalam beberapa kubangan sehingga Mega harus memilih arah pijakan kakinya.
"Mega bajumu sangat basah"
Guru yang berpapasan di gerbang sekolah menyapanya sepertinya beliau khawatir akan keadaan anak didiknya yang basah kuyup
"Iya bu, tadi di tengah perjalanan tiba-tiba hujannya deras"
Hanya itu yang kalimat yang terucap darinya. Perjuangan selama perjalanannya dia anggap bukanlah suatu yang menarik buat orang lain
Hujan semakin deras,langitpun terlihat murung, tak ada cahaya yang menghangatkannya.
Mega duduk dengan baju yang basah, hatinya lega karena hari ini dia telah memenangkan piala untuk dirinya sendiri.
Tak ada yang salah dengan hujan, tak kan selamanya tetesan airnya membasahi tubuhnya karena dia yakin suatu hari sang mentari akan menyinarinya mengeringkan semua bajunya dan menerangi semangatnya untuk menuntut ilmu.
Sepatu hitamnya dia keluarkan,dia tersenyum karena telah menyelamatkannya dari sapaan guru tercintanya, suapan nasi dari bekalnya dengan perlahan memberinya sedikit kehangatan untuk tubuhnya yang kedinginan.
Hujan semakin deras, Mega yakin di setiap tetesnya akan memberikan berkah untuk semua orang yang menikmatinya.
Garut, 11 September 2024
Dimuat oleh : Herlina Agustina