Gelapnya malam seolah berpadu dengan perasaan kecewa, setelah mengecek aplikasi yang selalu menolak harapanku.
"Aah, kapan uang tunjangan itu masuk?"
Rasa kecewa yang teramat banyak menyertai rasa keluhku.
Sudah berderet rencana yang sudah terpasang di benak. Rencana yang sebenarnya bukanlah rencanaku tetapi rencana buat anakku, biaya kuliahnya juga biaya kuliahku.
Kututup aplikasi yang sepertinya sudah lecet itu dengan tangan gontai, kekecewaan yang sukar sekali disampaikan kepada yang berwenang.
Chat-chat yang semakin panjang setiap harinya dari teman sependeritaan, malam itu kembali berkobar.
Chat panjang itu sepertinya tak perlu dijawab karena untaian jawabannya terlalu panjang dan lama untuk sampai ke kita, kaum penunggu.
"Bu, kapan tunjangan kita cairnya?"
Kalimat sahabatku serasa mengingatkan akan kekecewaanku semalam.
"Sudah saya tanyakan ke teman tadi malam, yang biasa memberi informasi tetapi katanya kita harus sabar menunggu"
"Menunggunya sampai tanggal berapa?"
"Ini sudah akhir tahun, seharusnya sudah cair ya?"
Bu Rani tiba-tiba menyambung obrolanku dengan sahabat dekatku ini.
"Entahlah," lirihku
Hanya itu jawabannya, karena tak ada kalimat yang harus kususun untuk mempertegasnya.
Senyum tipis yang terasa hambar menutup obrolan saling sahut antara kami.
Ada rasa lega di balik kekecewaan ternyata tidak hanya aku yang mengharap tambahan digit angka itu.
"Pemberian harus sesuai dengan aturan, menuntut hak kita, kaum guru agar diberikan tepat waktu."
Bu Herlina yang sejak tadi tak terlihat di ruang guru tiba-tiba menambahkan kekesalan kami.
Kumpulan frase itu yang kami himpun bersama, seharusnya terjawab dengan penjelasan tertulis dengan jelas sehingga kita tahu apa yang terjadi dengan para pemangku prosedural di atas sana.
Rasa puas akan jawaban tak terlihat di ujung sana, yang ada hanyalah gelembung pertanyaan yang semakin membesar.
Kutinggalkan obrolan kusut itu.
Kutenteng map berisi agenda kelasku hari ini.
Rasa penasaranku juga teman-temanku akhirnya berakhir di pintu kelas.
Kuberikan salam kepada anak-anakku yang saling berlarian ke arah bangkunya, untuk bisa memberikan jawaban atas salamku.
Wajahnya yang polos menyeringai menyambut keberadaanku, segera kubalas dengan sapaan yang tulus beserta rasa sayang yang selalu ada untuk mereka.
Hari ini jadwal padatku menyita seluruh waktuku, harus kuhilangkan rasa semrawutku, sisa obrolan tadi.
Pemaparan dan aktingku untuk menyampaikan materi bagaimanapun harus sempurna karena yang mereka tahu kita haruslah menjadi model sekaligus aktris terhebat yang mereka harus idolakan.
Admistrasi yang menumpuk dan tak kumengerti aplikasinya harus kulahap habis untuk menyelesaikannya tak membuatnya mereka mengerti keluh kesahku.
Yang mereka tahu adalah mereka harus belajar, bermain dengan teman kelasnya dan sedikit mempermainkan guru kelasnya.
List tagihan semakin hari semakin mendekat. Rentetan janji dan harapan kepada yang tersayang semakin menipis oleh waktu, karena mungkin saja mereka semakin lama semakin tak mempercayaiku.
Hanya kata "Sabar"
Hanya kata "Menanti"
Pertanyaan yang tak seorangpun mampu untuk menjawab "Kapan saldoku akan bertambah?"
Rest n Peace 💰
Suatu hari nanti kami akan membangunkanmu🤩
Dimuat oleh : Herlina Agustina