Bagi seseorang yang bukan penyuka puisi, mungkin sekadar membacanya saja akan terasa sulit dan ruwet. Apalagi jika dipaksa untuk menulis karena suatu alasan, misalnya karena diberikan tugas untuk membuat puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Seperti yang sudah diketahui secara umum, puisi adalah bentuk kesusastraan paling padat, romantis, dan terkadang penuh dengan kritik-kritik sosial. Namun tahu kah kamu, jika ternyata puisi sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari?
Ya, misalnya saja pada nyanyian-nyanyian yang selalu kita dengarkan. Lirik dalam lagu yang didendangkan oleh para penyanyi sebenarnya adalah salah satu bentuk puisi. Setiap liriknya ditulis singkat, padat, dan indah. Puisi berupa lagu biasanya lebih mudah dipahami oleh pendengar karena penyampaiannya yang dibalut dengan alunan bunyi dan penghayatan dari penyanyinya. Puisi yang dinyanyikan tersebut adalah contoh dari puisi populer.
Banyak puisi yang mampu bicara sendiri. Maksudnya adalah setiap puisi kebanyakan menggambarkan isi hati dari penyairnya. Inilah yang membuat puisi memiliki ciri yang lebih khas dibandingkan dengan prosa. Setiap perasaan dan pemikiran penyair akan dituangkan dalam bahasa paling indah hanya dengan kata-kata yang dipadatkan. Larik dalam puisi harus benar-benar mengandung diksi, rima, dan irama yang tepat agar makna di dalamnya dapat tersampaikan dengan mudah pada pembaca.
Sebenarnya untuk memahami puisi tidak lah sulit seperti yang digaungkan oleh kebanyakan orang. Karena ternyata makna sebenarnya dari isi puisi hanya penyair lah yang tahu. Maka pembaca hanya perlu menikmati setiap kata dalam baitnya dengan menggunakan pemahaman pembaca itu sendiri. Tak perlu takut dan khawatir untuk memahami puisi. Pembaca bisa bebas memaknai puisi berdasarkan pemahaman pembaca. Misalnya untuk memahami puisi berjudul Karangan Bunga karya Taufik Ismail berikut ini.
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi.
Jika dibaca secara sepintas, mungkin puisi tersebut hanya menceritakan tentang anak kecil yang ikut berduka karena tragedi penembakan. Namun jika dibaca dengan penghayatan penuh, pembaca bisa mencari tahu maknanya melalui latar belakang penyair. Taufik Ismail adalah salah satu penyair yang kritis pada masanya. Sekitar tahun 1960-an, terjadi peristiwa demonstrasi mahasiswa yang menentang orde lama. Tiga anak kecil mewakili manusia lemah yang masih suci dan murni hatinya. Mereka bertiga sudah mampu menyampaikan duka terhadap gugurnya mahasiswa yang ditembak mati oleh penguasa pada waktu itu. Tanda kedukaan itu dilambangkan dengan larik ‘pita hitam pada karangan bunga’. Tetapi pada dasarnya, seluruh makna puisi yang sesungguhnya hanya penyair lah yang tahu.
Dimuat oleh : Herlina Agustina