Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo adalah salah satu upaya besar untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak sekolah. Program ini bertujuan mulia: memastikan generasi muda Indonesia tumbuh sehat dan cerdas dengan asupan bergizi yang merata. Namun, seperti program besar lainnya, tantangan di lapangan tidak dapat dihindari, seperti yang terjadi pada hari kedua pelaksanaannya di SMPN 6 Garut.
Hari kedua program MBG ternyata tidak berjalan semulus yang diharapkan. Makanan yang seharusnya tiba di siang hari baru didistribusikan pada pukul 14.30, hanya setengah jam sebelum waktu pulang sekolah. Akibatnya, para siswa terpaksa menunggu lebih lama, sementara sebagian orang tua yang sudah datang menjemput pun mulai menyuarakan keluhannya.
Selain keterlambatan, ada kekurangan lain yang membuat program ini terasa kurang maksimal. Makanan yang dibagikan tidak disertai sendok dan air minum, sehingga menyulitkan siswa untuk langsung menikmatinya. Hal ini menjadi sorotan dari guru, siswa, dan orang tua yang merasa kecewa dengan pelaksanaan program.
Namun, alangkah baiknya tidak perlu menyalahkan siapa pun. Sebuah program sebesar ini melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah pusat hingga ke daerah, termasuk tim distribusi. Tantangan teknis seperti ini seharusnya menjadi pembelajaran untuk pelaksanaan yang lebih baik di masa mendatang, bukan menjadi alasan untuk menyalahkan konsep program yang jelas-jelas membawa manfaat besar.
Program MBG adalah langkah yang baik dan perlu didukung. Dengan menyasar anak-anak sekolah, program ini memberikan peluang bagi mereka untuk mendapatkan gizi yang layak, terutama bagi siswa dari keluarga yang kurang mampu. Namun, pelaksanaan yang kurang matang bisa membuat tujuan mulia ini tersendat.
Apa Solusinya?
Agar masalah seperti keterlambatan dan kekurangan perlengkapan tidak terulang, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Perbaikan koordinasi distribusi: Pemerintah pusat dan daerah harus memastikan jadwal distribusi lebih teratur, dengan pengawasan ketat terhadap rantai distribusi dari dapur hingga ke sekolah.
2. Evaluasi pelaksanaan harian: Setiap hari, perlu ada evaluasi mendetail untuk mengidentifikasi kendala teknis dan menyelesaikannya segera.
3. Penyediaan perlengkapan pendukung: Makanan harus dilengkapi dengan sendok, air minum, dan wadah yang mudah digunakan agar siswa bisa menikmatinya tanpa hambatan.
4. Komunikasi yang jelas: Informasi tentang waktu dan metode distribusi harus jelas sejak awal, sehingga tidak ada miskomunikasi antara pihak sekolah, siswa, dan orang tua.
Program Makan Bergizi Gratis adalah bentuk perhatian nyata terhadap masa depan generasi Indonesia. Tantangan teknis seperti ini tidak seharusnya menyurutkan semangat kita untuk mendukungnya.
Sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk belajar dan memperbaiki, agar program ini benar-benar menjadi solusi yang membawa manfaat nyata bagi anak-anak bangsa.
Dimuat oleh : Herlina Agustina