16 Dec 2024

Evi Novita - Gulis (Guru Menulis)

Goes to Pangandaran


Suara adzan subuh membangunkan bola mataku. Kusingkirkan selimut tebal yang selalu membalut tubuhku beberapa hari ke belakang.

Bulan November sudah memasuki musim hujan,pantaslah jika cuaca pagi itu terasa dingin, hawanya menusuk ke dalam kulit tipisku.

Kakiku yang sudah terlatih, melangkah menuju kamar mandi untuk mengguyur tubuh, sekaligus berwudlu.

Shalat subuhku selesai sudah.
Aku memeriksa kembali tas besar yang terlihat menggelembung.

Tas yang berisi perlengkapan untuk dua hari ke depan.

Mobil yang membawaku ke sekolah melaju dengan hati-hati.

Jalanan hari itu terlihat lenggang ,hanya sedikit kendaraan yang melintas di samping kanan dan kiri.

Dari kejauhan bis perpaduan kuning dan hijau sudah siaga menyambut kedatanganku.

Beberapa rekan kerjaku sudah berdiri di samping bis berwarna cerah itu.Sepertinya semua sahabatku ini sudah selesai membenahi barang bawaanya ke dalam bagasi.

Sambil menunggu teman yang lainnya, kita sejenak berfoto di depan bis, sekedar untuk mengabadikannya.

Pa Haji Romli,penanggung jawab sekaligus pemilik bis pariwisata dengan senyum yang sumringah menyalami satu persatu penumpang yang telah siap meluncur bersamanya.

Setelah semuanya berada di kursi masing-masing, bispun melaju ,meninggalkan jejak langkah di sekolah dengan diiringi doa agar diberi kelancaran selama perjalanan.

Pelayanan dari travel yang sekolah pilih memang luar biasa, berbeda dengan travel yang lain yang hanya bertugas menjemput dan mengantar penumpang saja.

Pelayanan yang istimewa ini terasa dimulai dari penyambutan dan selama dalam perjalanan.

Gaya kocak sang pemandu perjalanan membuat kita merasa santai dan terhibur selama perjalanan.

Seperti biasanya di sela-sela gurauannya, terselip game yang tertata rapi. Pemandu yang ramah itu selalu mencairkan suasana hati kita dengan sangat mudah,sehingga tiga jam perjalanan tak begitu membosankan.

Bis berwarna ceria itu ternyata rehat sejenak di Ciung Wanara, suatu tempat yang memiliki cerita tersendiri.

Tempat yang dihuni oleh beberapa hewan primata itu mengingatkanku akan cerita sebuah buku yang sering aku pinjam sewaktu aku masih SD yaitu kisah seorang pemuda yang bernama Ciung Wanara dan seekor ayam jantannya.

Warung -warung dengan rapi berada di sebelah kanan pelataran parkir yang sangat luas dan teduh.

Warung -warung kayu itu menawarkan berbagai aneka ragam makanan dan minuman yang terlihat menyegarkan mata.

Suatu tempat singgah yang sangat menyegarkan badan ,apalagi cuaca saat itu terasa sedikit panas.

Dengan ditemani beberapa kera yang bergelantungan,kitapun dapat melihat beberapa tempat dan benda -benda bersejarah yang menurut para pedagang di warung kayu itu,situs yang ditemukan di area itu berkaitan dengan Kerajaan Galuh,Ciamis.

Tak ketinggalan sebuah pohon yang bernama Pohon Bungur terlihat merangkul semua kawasan itu dengan batang dan rantingnya yang konon telah berusia ratusan tahun.

Setelah satu jam berapa di Ciung Wanara ,bispun kembali melanjutkan perjalanan menuju suatu tempat yang tak kalah indahnya.

Pantai Batu Hiu,tujuan bis berikutnya.

Beningnya air laut berwarna biru dan keindahan pantainya sangat memanjakan mata semua orang yang menatapnya.

Tak bosan-bosannya aku memandang gelombang dan ombaknya yang saling berkejaran.

Pantai Batu Hiu sangat mempesona semua orang termasuk aku yang beberapa kali mengunjunginya.

Hamparan hijau rumput di sepanjang pesisir pantai itu membuat aku merasa kembali muda sehingga tak sanggup untuk mengabadikannya dengan berpose dengan teman -teman manisku dengan berbagai gaya andalannya.

Pantai Batu Hiu memanglah pantai yang berombak sangat besar sehingga aku harus mengurungkan niat untuk bermain dengan arus derasnya.

Bis yang berisi rombongan dari SMPN 6 Garutpun melaju dengan gagahnya,menuju Pantai Barat Pangandaran yang sangat terkenal akan keindahan sunsetnya.

Tak memakan waktu setengah jam sampailah aku dan rombongan di hotel yang bernuansa kayu.Letaknya tak begitu jauh dari pantai barat.

"Kalau mau berbelanja oleh-oleh khas Pangandaran,kita cukup berjalan kaki menuju pasar langganan kita."

Pemandu bis memberikan arahan yang sangat luar biasa,sehingga kita merasa diratukan oleh travel itu.

Pantai Pangandaran tak kalah indahnya dengan Pantai Batu Hiu.Pantainya yang ramah membuatku ingin bermain dengan air asinnya.

Pantai Batu Hiu dan Pantai Pangandaran memberikan banyak keindahannya.
Semua pesona yang dimiliki oleh kedua pantai itu menyadarkan kita betapa besar dan murah hatinya Sang Pemilik alam semesta ini.

Oleh-oleh yang tersedia di pasar langganan itu tak menyurutkanku untuk mengindahkan keindahan alamnya.Ombak dan garis pantainya memang tak terkalahkan oleh apapun.

Segala sesuatu yang dibuat secara alami tak mampu untuk dikalahkan oleh benda apapun yang dibuat oleh kita,sebagai makhluk ciptaanNya.

Masya Alloh

Pangandaran@JK# piknik.231124

Dimuat oleh : Herlina Agustina