Hari - hari terakhir di bulan Ramadhan menjadikan semua jalanan yang biasa dilalui terasa padat.bunyi klakson berbagai kendaraan membuat hati terasa tidak nyaman dan gerah.
Hari ini adalah janji dimana kita akan bertemu setelah beberapa bulan terakhir tidak berjumpa.Rasa rindu akan semua canda dan celoteh kita bertiga membuat aku harus mengosongkan waktu sejenak, melepaskan rutinitas bersama keluarga.
Tempat yang biasa kita pesan ternyata penuh dan tak ada tempat buat kita untuk berada di sana.
" Maaf sudah full, bu!".kalimat yang selalu terucap dari reservation dari beberapa tempat makan yang berderet panjang setiap kali kita akan memesan tempat.
Akhirnya kita merayap ke arah lain,terlihat sebuah cafe yang beberapa anak remaja di sana,dan kita sepakat untuk merasakan tempat seperti itu,tanpa menghiraukan umur kita yang terasa jauh dari mereka,kita datangi cafe itu dan mulai memesan beberapa menu yang ada.
Alhasil kita mendapatkan nomor meja yang dikelilingi remaja-remaja yang berpenampilan kekinian dan kita berharap menemukan pelanggan lain yang akan datang yang setara dengan kita, "kaum ibu -ibu".
Semakin lama tempat itu semakin penuh,semua meja yang dilingkari kursi-kursi empuk terisi semua dan jleb! semuanya anak muda.
Ketidaknyaman mulai menghinggapi kita bertiga,tetapi apa mau dikata pesanan sudah di depan mata.Akhirnya kita dengan rasa tak peduli mulai menyantap makanan yang sudah tersaji sekaligus memakan kepenasaran kita terhadap suasana cafe itu.
Kita mulai bercerita,diselingi tawa tertahan karena cerita lucu kita yang belum tersampaikan.Terdengar pula canda tawa yang saling bersahutan di meja samping dan area depan cafe itu.Dentingan piring yang bersentuhan dengan sendok,garpu dan sumpit membuat atmosfir cafe itu semakin hidup.
Berada di tempat itu membuat kita secepatnya ingin beranjak dari sana.Membayarnya dengan sedikit mahal meski rasa pesanannya bernilai "B" saja.
Cafe bernuansa Jepang kita tinggalkan dengan kenangan dan pertanyaan besar di dalamnya.Tatapan heran dari remaja sebelah meja kita ,tak terjawab .Mungkin mereka mengira kita salah komunitas ,yang ada hanyalah kita ingin merasa bagaimana rasanya berada di sebuah cafe yang penuh dengan remaja dengan celotehnya yang beraneka warna.
Tiada salah dari cafe itu, yang ada hanyalah pertanyaan besar yang berada di pikiran kita tentang mereka,yang menjadikan setiap harinya mereka isi dengan berkumpul di sana,sudah menjadi frame buat mereka untuk berinteraksi.
Suasana rumah sudah terkalahkan oleh cafe yang semakin menjamur.
Sajian makanan yang beragam dan kepulan asap rokok dan kopi menjadikan pemandangan yang biasa bagi para remaja. Suatu hal yang memprihatinkan jika nuansa rumah dengan sajian makanan khasnya yang terdapat sentuhan sayang dari keluarga di dalamya tidak lagi menjadi sesuatu yang sangat berarti lagi. Mudah - mudahan mereka tidak memilih CAFE sebagai tempat pavoritnya.Sebuah harapan yang harus terwujud.
Rumah adalah tempat ternyaman dan teraman bagi kita ,terlengkap ,tanpa bayar apapun setelah kita meninggalkan meja makan,yang ada hanyalah meninggalkan senyuman tulus Sang Penyaji,"Ibu".
Garut, hari ke 27 Ramadhan 1445 H.
Dimuat oleh : Herlina Agustina